Jumat, 05 November 2010

Playboy Tobat

Shilla’s P.O.V

Alvin Jonathan, cowok paling keren, paling ganteng, paling cool dan paling pintar seantreo sekolahan. Maka tak Ayal kalau dia ditunjuk sebagai ketua OSIS dan kapten basket disekolahku. Cowok sipit yang selalu dipuja-puji para cewek-cewek, kecuali aku ! Why ? entahlahh ..

Alright, yah aku akui dia itu emang –ehem- ganteng –ehem- banget. Otaknya encer dan kemampuan olahraganya OKE. Jadi, gak salah donk kalau dia diidamkan banyak perempuan, khususnya kaum hawa.

But, satu hal yang ngebuat dia selalu minus dimataku. Playboy ! semua cewek cakep, manis, pinter, tajir, staylish, gaul udah pernah dia pacari. Yang cupu, kuper, biasa aja, sampe yang pas-pasaan pun pernah dia pacari. Malah aku ragu, mungkin semua cewek disekolah ini sudah pernah dia pacari, kecuali aku tentunya.

Rata-rata cewek yang dia pacari paling tahannya gak sampe sebulan atau bahkan cuman satu minggu. Yang paling singkat itu yah satu hari ! lihat ? playboy kan dia ? dan sekarang dia ‘nembak’ aku, minta aku jadi ceweknya ? mimpi ajja lo, gak bakal.

Aku masih ingat kejadian paling memalukkan dalam hidupku. Kejadian yang gak hilang gitu ajja dari ingatanku, bahkan –mungkin- kejadian paling memalukan yang gak bakal bisa aku lupakan.

******************************

Flash back

Saat itu jam istirahat, aku baru hendak pergi kekantin untuk sekedar memberi makan untuk cacing-cacing perutku yang udah demo minta dikasih asupan gizi, namun belum aku keluar dari kelas, lenganku sudah ditarik paksa oleh ‘playboy cap ikan asin ini’

“La, aku cinta sama kamu. Aku mau kamu jadi pacarku, kamu maukan ? aku janji gak bakal nyakitin kamu La, aku janji bakal setia sama kamu karena aku cinta sama kamu, would you be my girl friend ?” pengakuan Alvin yang secara terang-terangan tadi begitu memalukan ! bisa-bisanya dia berbicara seperti itu didepan semua teman-teman sekelas ? gak punya otak yah tu anak ?!

“gimana La ? would you be my girl friend ?” tanyanya sambil menggenggam kedua tanganku dan mengecupnya perlahan, seolah-olah dia seorang pangeran dan aku putrinya.

Aku melirik kearah kiri dan kanan. Mencoba mencari jawaban yang tepat. Kulihat semua cewek-cewek sangat terkesima dengan gaya Alvin yang –ehem- bisa dibilang –ehem- romantic ini. Aku menarik nafas dalam-dalam, berharap jawaban yang aku berikan ini jawaban bagus dan ampuh untuk ngebuat ‘playboy ikan asin’ ini mati gaya.

“aku gak mau ! cowok playboy kayak kamu itu omongannya sama sekali gak bisa dipercaya. Kamu fikir aku bisa kamu bodohi dengan segala janji-janji palsu kamu.” Yes, kayaknya ini memang jawaban telak ! aku lihat Alvin terdiam sambil matanya terus menatap mataku dalam-dalam. Bikin risih ajj !

“kamu mau bukti ?” tanyanya serius.

“nah itu kamu tau, aku perlu bukti bukan cuman janji dan aku gak suu……” Astaga, dia,.dia..di..dia nyium aku ! dasar cowok kurang ajar, beraninya dia nyium aku didepan umum, gak tahu malu ! mana nyiumnya dibibir pula. Arghhhh….. aku berusaha mendorong tubuhnya menjauh, namun NIHIL ! cengkraman tangannya yang begitu kuat gak bisa semudah itu aku lawan. Wajar sih, karena dia cowok dan aku cewek dan pastinya tenaga dia lebih kuat daripada tenagaku.

”apa itu cukup sebagai bukti ?” tanyanya setelah melepas cengkramannya serta bibirku dan bibirnya yang menempel selama ± 5 detik.

“Gk bakal ! kamu kira aku bakal percaya hanya dengan kamu nyi-nyi-nyium aku ?” Aku segera berlari keluar kelas, melewatinya begitu saja. Sudah cukup aku dibuatnya malu hari ini. Sekarang aku harus kekamar mandi dan membersihkan bibirku yang sudah ternodai ! cihh..

Flash back off

****************************

Yah kira-kira begitulah ceritanya, dan sekarang aku sedang berada diperpustakaan untuk menenangkan diri sejenak. Aku lagi malas kekelas, malas menghadapi ulangan Fisika, dan malas melihat muka innocent-nya Alvin.

Aku mengambil salah satu buku teenlit yang kemaren belum aku baca sampai habis, aku memilih tempat duduk pojokan yang dekat dengan jendela yang menghadap ke arah lapangan.

Kulihat disana ada beberapa anak basket, termasuk Alvin. sedang berlatih peregangan, emang dia gak ulangan Fisika apa ? sekilas aku melirik kearah Alvin dan kebetulan juga dia lagi melik kearahku sambil memamerkan senyum mautnya yang membuatku –jiji- iuhhh…

Aku kembali menyibukkan diri dengan teenlit yang kuambil tadi. Namun tak ada gunanya, wajah Avin terus terbayang dalam fikiranku. Aku langsung menggeleng-gelengkan kepalaku, membuyarkan lamunan yang menurutku –cukup gila-. Jangan sampai aku jatuh cinta sama ‘playboy ikan asin’ macam dia.

*******************************

Hari terus berganti, Alvin masih saja terus menggencarkan Aksi PE..DE..KE..TE nya terhadapku. Ia selalu memberi perhatian lebih terhadapku. Mengikutiku kemanapun aku pergi, bahkan sewaktu aku ke wc pun ia masih terus mengikutiku. Udah gila kali yah ni cowo !

Setiap berangkat dan pulang sekolah-pun ia selalu menawarkanku untuk puang dan berangkat bersama dengan motornya.

Suatu hari, teriknya matahari siang ini seakan mampu mebakar tiap-tiap kulit manusia. Hari ini kakakku, Steven (bukan Gabriel steven, tapi Steven Willyam. hihi) lagi ada jam tambahan dikampus, jadi mau-tak-mau akupun harus rela berjemur dibawah teriknya matahari demi menunggu sebuah Angkot !

Kulirik jam yang menempel pada tanganku, kalau dihitung-hitung sudah dua jam lebih aku berdiri disini untuk menunggu angkot sialan yang tak kunjung datang. Aku benar-benar heran, ada apa ini ? apa ada demo angkot ? arghh.. sial, mati gosong aku lama-lama disini.

“ayo ku antar pulang. Bahaya kalau ada cewek cantik yang berkeliaran ditengah siang bolong begini” tawar Alvin. pengen nolak sih, tapi masa ia aku harus menunggu angkot yang gak kunjung datang ! tapi kalau aku ikut sama Alvin, yang ada malah aku GENGSI !

“ayo cepett..” tawar Alvin lagi, kali ini sambil memegang tanganku. Okelah, kali ini aku mau ikut sama dia, hanya untuk kali ini !

Aku naik ke boncengan belakang Alvin. setelah itu dia langsung menarik tanganku dan melingkarkan ke tubuhnya. Aku mencoba untuk melepaskan tanganku, namun percuma ! cengkraman tangannya begitu kuat.

“pegangan kalau kamu mau selamat. Jangan kira cowok macam aku bisa betah ngendarain motor dengan kecepatan biasa” ucapnya sambil menjalankan laju motornya, gila cepetttt bangettt. Mau cari mati nih anak ? jantungku berpacu cepat, secepat lajunya motor yang dibawa Alvin.

Begitu sampai didepan rumah, aku langsung turun dari motor Alvin. Alvin sempat melihat air mata yang menggenang dipelupuk mataku, gila ! dia emang benar-benar gila ! ngebut-ngebutan kaya lagi adu balap sama Rossi aja. Apa dia gak sadar kalau yang lagi dalam boncengannya itu seorang cewek?gadis?lady?

“lho, kok kamu nangis sih La ?” tanyanya panic, kemudian dua jempolnya mengusap air mataku yang sempat jatuh.

“kamu gila yah ? ngebut gak kira-kira, aksi kamu tadi hampir ngebuat aku jantungan tau gak ! kamu sadar gak sih kalau yang kamu bonceng itu seorang cewek !” aku mulai memaki-maki Alvin, udahlahh.. amarahku udah meluap, gak bisa dicegah lagi. Aku terus memakinya sampai aku tak bisa berkata lagi, dia menghentikan kalimatku dengan cara yang paling ampuh, MENCIUMKU !

PLAKKKK.. aku langsung menamparnya ! ini pelecehan ! kulihat dia sempat mengerjap-ngerjap, kesakitan mungkin. Sebodo teuing lah, kalau aku birkan mungkin cowok ini akan berbuat yang lebih mengerikan daripada menodai bibirku.

Dia memegangi sudut bibirnya, berdarah ! astagaa, sekuat itukah aku menamparnya tadi ? bodo lah, aku sudah terlanjur emosi. Aku langsung beranjak kedalam rumah tanpa memperdulikan dia yang lagi kesakitan, mungkin.

**********************************

Besoknya, aku melihat dia sudah tiba dikelas lebih awal dari kedatanganku. Heran ? pasti, seorang Alvin yang biasanya turun 5 menit sebelum bel masuk kini sudah stand by di kursinya setengah jam sebelum bel berbunyi.

Kulihat dia melirik kearahku sebentar kemudian kembali tenggelam dalam buku bacaannya. Kenapa dia ? tumben gak menggencarkan aksinya kembali ? apa udah nyerah ? baguslahh..


Beberapa hari kemudian tetap sama dari hari-hari sesudah aku menamparnya, dia tak lagi mendekatiku. Senang siihh.. tapi entah kenapa aku merasa aneh, merasa kehilangan. Apa ‘playboy cap ikan asin’ itu sudah berhasil mengambil hatiku ?.

Aku tak mau ambil pusing, aku kembali menjalani hari-hariku seperti biasa. Tanpa gangguan dari Alvin. tapi entah kenapa semakin hari aku malah semakin merasa kehilangan. Oh god, why is this ?


Aku merasa jenuh dikelas hari ini, jam pertama yang harusnya diisi dengan mata pelajaran Fisika terpaksa kosong karena guru-guru ngedain rapat dadakan, alhasil aku merasa bosan sendiri karena tak ada teman yang tepat untuk ku ajak bicara. Aku memutuskan keruang favorite ku, tempat biasa untuk aku menyendiri, perpustakaan.

Aku mengambil beberapa buku bacaan, berharap dengan ini aku bisa menyingkirkan rasa bosan. Namun tanpa sadar setetes air mata mengguyur pipiku, aku teringat waktu Alvin memberikan senyum mautnya yang beberapa hari ini tak pernah lagi kutemukan. Kanapa aku ini ?

Aku membenamkan wajahku diantara kedua tanganku, mulai menagis sesegukkan. Tangisku tak bisa berhenti, meski sekeras mungkin usahaku untuk menghentikan lajunya air mata sialan ini.

Beberapa saat kemudian aku mendengar suara hentakkan kaki yang mulai mendekat dan mendekat.

“kamu terlihat jelek kalau lagi nangis gitu…” suara yang familiar, ituu..itu..itu suara Alvin ? aku langsung mendongakkan kepala, benar itu Alvin ! dia langsung mengusap air mata yang mengalir deras dipipiku dengan kedua jempolnya, so sweat sekali ..

“jangan nangis donk La, aku gak tega kalau ngeliat orang yang aku sayang nangis didepan aku begini..” ucapnya sambil duduk disebelahku, ngebuat air mataku tambah turun aja. Sial !

“udah donk nangisnya, sini aku peluk biar gak nangis lagi..” Alvin langsung narik aku dalam pelukannya. Hhhh… lega aku rasanya, tapi karena gengsi yang kadarnya sudah kelewat batas, aku langsung melepaskan pelukkan Alvin. ihh.. ntar dia kira aku kesenangan lagi dipeluk sama dia.

“kamu kenapa sih La, kok keperpustakaan malah nangis ? kamu kangen sama aku yahh..” tanyanya sambil ngangkat-ngangkat kedua alisnya. Asli, lucu bangett..

“narsiss”

“terus apa donk alasannya kok kamu bisa nangis tiba-tiba gini ?” tanyanya sambil membelai kedua pipiku, membuat kedua pipiku menjadi panas. Ah.. gila ! dia mulai nanya hal yang paling malas aku jawab.

“La, kok gak di jawab sih ?”

“a..akuu juga gak tau kenapa vin. Yang jelas a..akkuu…” ucapku terhenti karena Alvin mengehentikannya dengan menaruh jari telunjuknya dibibirku.

“sssttt.. udah gak usah diterusin. Aku tau kok Alasannya” apa maksudnya coba ? aku menyerngitkan dahi mencoba meminta penjelasan tentang perkataan Alvin.

“okeh, aku bakal jelasin. Aku tau kok La kalau kamu itu sayang sama aku. Please La, jangan nyiksa diri kamu sendiri dengan berpura-pura gak sayang sama aku. Aku tau kamu sekarang lagi kangen sama aku. Aku mohon La, kamu mau yah jadi pacarku ?” Tanya Alvin, dengan sorot mata-nya yang serius. Uhh.. aku hampir meleleh.

“a..akkuu..akuu nggak bisaa….” Sumpah ini bukan jawaban Final !

“okehh. Aku terima keputusanmu, lagipula aku juga gak bisa maksa kamu buat jadi pacar aku.” Terlihat jelas gurat kekecewaan diwajah Alvin. sumpah, aku gak tega ngeliatnya.

“heh, kalimat aku tadi belum selesai !” gertakku pura-pura ngambek.

“tapi intinya kamu tetap bakal nolak aku kan ?”

“aku gak bisa nolak kamu Alvin. yah, aku sadar sekarang kalau aku sayang sama kamu. Kamu itu udah berhasil ngerebut hati aku. Tapi karena kamu udah beranggapan, yaudah dehh..” Aku sudah berdiri untuk beranjak pergi, tapi dia langsung menahanku. Dia meraih pergelangan tanganku dan menarikku dalam pangkuannya, sontak wajahku memerah. Aku duduk dipangkuannya, ini gila !

Tanpa ba-bi-bu-be-bo lagi, dia langsung menciumku. Tangannya digunakan untuk memelukku erat. Dengan takut-takut aku membalas pelukannya. Mekin lama, pelukannya makin kencang. Bisa remuk semua nih tulang-tulangku.

Setelah beberapa detik berlalu, ia melepaskan bibirnya dari bibirku. Sekilas kulihat wajahnya yang memerah. Tapi segera ditutupinya dengan memelukku. Sehingga aku tak bisa melihat wajahnya yang kini bertengger dibahuku.

“sorry..” bisiknya pelan ditelingaku. Aku hanya tersenyum kecil.

Well, aku sekarang merasa bahagia bersama Alvin. Alvin memperlakukanku dengan sangat sempurna. Kini sudah tak kutemukan lagi jati diri Playboy dari Alvin. aku sengguh bahagia bersamanya, aku harap hubungan ini bisa bertahan sampai maut memisahkan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar