Jumat, 05 November 2010

Aku, Dia dan Impianku

 Hai, kenalin nama aku Sivia, lengkapnya Sivia Azizah, kalian bisa manggil aku Via, aku hanyalah seorang anak manusia yang hidup sempurna, dengan orang tua yang kaya, sayang padaku, tapi semua itu sirna sejak kedua orang tuaku meninggal karna kecelakaan pesawat sewaktu akan menjenguk nenekku yang sedang sakit tanpaku. Dulu aku memiliki mimpi untuk menjadi seorang dokter, mimpi yang kini aku aja ngga yakin bisa ngewujudinnya, karna setelah kedua orang tuaku meninggal aku tinggal di sebuah panti asuhan di sudut kota Jakarta, sebelum akhirnya ada sebuah keluarga yang kaya raya dan baik hati ingin mengadopsi aku, dikarenakan mereka tidak memiliki anak, mereka berjanji akan merawatku dan menyekolahkanku hingga aku menjadi seseorang yang berhasil, mimpiku yang telah redup perlahan bersinar kembali mendengar semua itu, aku tersenyum, meskipun artinya aku harus meninggalkan panti asuhan ini.

 Sekarang aku bersekolah di sebuah SMA elite bertarafkan internasional school, kalian pasti mengira aku bisa besekolah disini berkat kedua orang tua angkatku yang kaya itu, yang bisa aja nyekolahin aku ke sekolah manapun yang aku mau. Kalian salah.. aku dapat bersekolah disini berkat beasiswa yang aku dapatkan, ya.. aku bersyukur terlahir sebagai anak yang pintar. Oh ya.. meskipun kedua orang tua angkatku adalah orang yang kaya raya, aku tetap tidak ingin menyusahkan mereka untuk membiayai sekolahku.. yaa., meskipun mereka telah berjanji akan menyekolahkannku hingga berhasil dan satu lagi, aku ingin sekali mewujudkan cita-citaku menjadi dokter, dokter yang hebat, dan aku mau.. itu dapat aku wujudkan tanpa bantuan siapa pun, dengan kata lain.. aku ingin berusaha sendiri. Somoga..

Setiap harinya, setelah aku pulang dari sekolah, aku tidak langsung pulang kerumah, karena aku bekerja paruh waktu sebagai guru les di sebuah tempat bimbingan belajar di dekat sekolahku, dan hasilnya.. lumayan, bisa aku tabung untuk kuliahku nanti..

Disekolahku, aku memiliki seorang sahabat, bernama Shilla, di begitu baik padaku dan aku sangat berharap bahwa dia bisa menjadi sahabat sejatiku..

***

Aku menyipitkan mataku karna terkena pancaran sinar matahari yang memasuki celah jendela kamarku, aku bangun dari kasurku, aku melirik weker yang berada di meja riasku, tertera pukul 06.45. Aku kesiangan lagi, cepat-cepat aku bergegas mandi, lalu aku memakai seragam sekolahku, tidak lupa aku bercermin untuk memastikan pakaianku rapih atau tidak. Setelah itu, aku turun menyusuri tiap-tiap anak tangga dengan tergesa-gesa. Aku menghampiri meja makan dan mencium tangan kedua orang tuaku, mungkin lebih tepatnya lagi.. orang tua angkatku.

“Via, ngga sarapan dulu?” kata mamahku.

“Ngga mah, Via udah telat nih”

“Yaudah, biar pak Budi anter kamu sekolah supaya ngga telat” tawar papahku

“Ngga usah deh pah, Via kan bisa naik bus.. lebih hemat dan sehat” ucapku sembari tersenyum.

“Yaudah, terserah kamu aja. Hati-hati di jalan ya sayang”

“Oke pah, asalammualaikum”

“Walaikumsalam”

Aku mengunggu bus di sebuah halte yang memang biasa aku datangi ketika aku akan menunggu bus. Jam di tanganku menunjukkan pukul 6 lewat 55 menit, mampus, bentar lagi, pucuk di cinta ulang pun tiba, sebuah bis datang, segera aku masuk ke dalam bus itu, tapi sayang.. bus sudah penuh, terpaksa aku berdiri, toh kalau pun aku menunggu bus lainnya, keburu telat ke sekolah.

“hai, mau duduk?” ucap seorang laki-laki yang duduk dekatku. Aku hanya tersenyum dan mengangguk, “makasih” jawabku, dia hanya tersenyum.

Akhirnya aku sampai disekolah, beruntung pintu gerbang sekolahku belum ditutup, aku langsung berlari menyusuri koridor dan masuk ke dalam kelas dengan ngos-ngosan.

“Vi, lo telat lagi? Kebiasaan deh” tegur Shilla saat aku telah duduk disebelahnya.

“hhhhh… iya nih, biasa bangun kesiangan lagi” jawabku masih dengan suara yang terengah-engah.

“pasti gara-gara loe pulang malem lagi kan? Udahlah Vi, buat apa sih lo kerja part time segala? Kan cape, lagian orang tua lo kan mampu nyekolahin lo sampai lo bener-bener jadi dokter” ceramah Shilla.

“gue tau itu Shill, tapi gue kan udah pernah bilang ke elo shill, gue mau wujudin mimpi gue dengan hasil kerja keras gue sendiri” jawabku. “morning” bu Winda datang yang artinya pelajaran pertama pun dimulai, dan itu sukses menghentikan perdebatan antara aku dan Shilla.

TEEEEEEEEEEEEEETTTTTTT…..

Bel pulang sekolah pun akhirnya berbunyi, aku cepat-cepat membereskan buku-buku ku kedalam tas, lalu bergegas menuju tempat kerjaku.

“Shill, gue duluan ya, gue takut telat masuk kerja nih, bye”

“yaudah bye”

***

Esok paginya… yap, seperti yang kalian duga, lagi-lagi aku bangun kesiangan, Shilla memang benar, semua ini karena aku pulang terlalu malam, belum lagi aku haru belajar untuk mempertahankan nilai-nilai ku disekolah. Berkali-kali juga aku mendapat teguran dari kedua orang tua angkatku, yang mereka katakana tidak jauh berbeda dengan Shilla yang menyuruhku untuk menyudahi kerja part time ku dan menyuruhku untuk focus saja dalam belajar, karena mereka mampu membiayai semua kebutuhanku, termasuk sekolahku.. Seperti hari-hari sebelumnya, aku menunggu bus di halte, aku berharap sebuah bus dapat cepat datang untuk segera mengantarkanku ke sekolah.

“itu dia bisnya” gumamku, aku menaiki bus tersebut, tidak seperti hari kemarin, hari ini aku mendapat tempak duduk, aku duduk di bus tanpa perduli siapa orang yang duduk di sebelahku.

“hai, kamu yang kemaren kan?” ucapnya. ‘anak laki-laki kemarin’ pikirku.

“hai juga, iya aku yang kemaren. Kamu sering naik bus ini juga yah?” Tanya ku sok kenal.

“iya, aku kan sekolahnya di SMA HARAJUKU” jawabnya.

“wah, deket donk sama sekolah aku” balasku.

“kamu sekolahnya dimana emang? Oh ya sampe lupa.. aku Alvin” ucapnya memperkenalkan diri seraya menyodorkkan tangan kanannya ke arahku.

“Sivia, panggil aja Via, aku di SMA SAKURA” jawabku sambil membalas jabatan tangannya. Ada rasa yang aneh di dalam hatiku saat aku berjabat tangan dengannya, seperti letupan kecil yang menggelikan.. ya.. sepertinya aku menyukainya.. dia, Alvin..

Di sekolah….

“Sivia, Sivia..” ucap Shilla sambil menggelengkan kepalanya ketika melihatku kesianagan lagi, aku hanya cengengesan mendengarnya.

TEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEETTTTTTT

Bel istirahat pun berbunyi..

“Shil, gue mau cerita donk” ucapku pada Shilla.

“hm… mau cerita apa? Kok kayaknya seneng banget” ucap Shilla yang melihatku senyum-senyum dari tadi. Aku tersenyum, lalu aku bercerita pada Shilla tetang pertemuanku dengan Alvin di bus, dari mulai awal bertemu, berkenalan dengannya sampai rasa kagumku terhadap sosok Alvin, semua aku ceritakan lengkap tanpa ada yang aku kurangi ataupun aku lebihkan. Shilla mendengarkan dengan serius dan sesekali tersenyum.

“gimana Shil menurut lo?” tanyaku setelah aku selesai bercerita.

“apanya yang gimana?” Tanya Shilla balik.

“iiih… lo Shil, dengerin gue ngga sih dari tadi?” ucapku hampir marah.

“denger ko Vi, tapi gue ngga ngerti sama pertanyaan lo barusan, tiba-tiba lo tanya ‘gimana shil menurut lo’ ya jelas gue binggung donk”

“hehhe.. iya yahh.. jadi gini, gue suka sama Alvin, terus gimana menurut lo? Gue takut karena gue deket sama dia nilai-nilai gue jadi turun” curhatku.

“hm… ya ngga lah vi, asal lo bisa bagi waktu lo, antara belajar, kerjaan dan Alvin, lo pasti bisa kok pertahanin nilai lo” ucap Shilla mantap. Lalu kami berdua tersenyum.

***

Sudah lebih dari 3 minggu aku mengenal Alvin, ternyata dia lebih baik dari yang aku bayangkan, dia baik, perhatian, pengertian dan slalu ada saat aku butuh dia. Aku dan Alvin kini telah resmi menjadi sepasang kekasih, ucapan Shilla terbukti benar, asal aku dapat mengatur waktuku, nilai-nilai ku disekolah tidak akan turun dan aku tetap dapat mempertahankan beasiswaku.

***

Tidak terasa sudah 3 tahun lamanya aku bersekolah di SMA SAKURA, aku dan Alvin masih awet berpacaran hingga saat ini, malahan Shilla pun telah memiliki pacar bernama Cakka, sahabat Alvin.

-FLASHBACK ON-

“eh, Shill, lo mau ikut ngga ke mall sama gue sama Alvin” tawarku.

“ngga ah, bisa-bisa gue jadi kambing guling deh disana..hahhaha”

“ya ngga lah Shil, Alvin bawa temen juga kok, ntar gue kenalin ke elo deh, siapa tau lo suka” ucapku jahil. Shilla hanya menjulurkan lidahnya dan mencubit pipiku. “sakit” ucapku.

Di mall….

“Alvin… Alvin.. aku disini” panggilku pada Alvin yang sepertinya bingung mencari keberadaanku.

“kamu yaa.. dari tadi aku cariin juga, taunya disini” ucap Alvin sambil mengacak-acak poniku. Aku dan Shilla hanya tertawa kecil mendengarnya.

“eh iya, sampe lupa.. nih kenalin temen gue Cakka” ucap Alvin lagi.

“Cakka”

“Sivia”

“Cakka”

“Shilla”

“eciieeeeee.. Shilla, kok pipinya merah merona gitu siih, pas salaman sama Cakka” ucapku, baik Shilla maupun Cakka sama-sama tersipu malu. Sejak saat itu mereka berdua menjadi dekat, semakin dekat sampai suatu hari….

“Shill, gue mau ngomong sama lo” ucap Cakka.

“mau ngomong apa?”

“gue… emm.. gue,, gue suka sama lo shill” ucap Cakka.

“terus?” balas Shilla sambil menyembunyikan kegugupannya yang sebenarnya tidak dapat tertahan lagi.

“yaaaa.. yyaaa… terus gue mau,, lo jadi pacar gue, lo mau ngga shil?” ucap Cakka yang akhirnya berhasil menyampaikan apa yang ada di dalam hatinya..

“hmmmm…. Hm… gimana yaah.. gue mau kok” jawab Shilla sambil tersenyum.

“thanks Shilla” ucap Cakka lalu memeluk Shilla.

-FLASHBACK OFF-

Tiba saatnya aku harus berpisah dengan teman-temanku di sekolah ini. Terutama Shilla sahabat baikku.

“Shil” ucapku memecah keheningan.

“apa Vi?”

“gue mau ngelanjutin kuliah gue di Jepang Shill”

“apa? kenapa harus di Jepang vi? Kenapa ngga di Jakarta aja? Di Jakarta juga universitasnya bagus-bagus kok vi” ucap Shilla yang sepertinya tidak rela jika aku harus pergi meninggalkannya untuk bersekolah di Negara Sakura itu.

“tapi Shil, ini beasiswa dan gue ngga bisa nolak, lagian lo tau kan, ini mau gue.. jalan supaya mimpi gue jadi Dokter hebet bisa terwujud Shill” ucapku member pengertian pada sahabatku Shilla.

“jadi lo tetep mau pergi vi? Ninggalin gue, Alvin dan Cakka?”

“iya.. maaf Shil, tapi gue janji setelah gue pulang nanti, gue pasti udah jadi seorang Dokter seperti mimpi gue” ucapku bersemangat.

“oke Vi, gue dukung lo aja, meskipun sejujurnya gue ngga rela pisah sama lo”

“Shilla sayang, ini kan cuma sementara, ngga selamanya juga kan? Oh ya.. gue pergi lusa, gue pengen lo, Alvin sama Cakka anter gue sampe bandara” ucapku. Shilla mengangguk.

Aku juga sudah menceritakan perihal kepergianku ini pada Alvin, kekasihku. Sama seperti Shilla, Alvin ngga rela kalau aku harus pergi ninggalin dia. Tapi dia ngerti dan setuju setelah aku jelasin semuanya.

***

Hari ini pun tiba, hari disaat aku akan terbang meninggalkan Indonesia, Negara tempatku dilahirkan.

Di bandara…..

“tahanks ya guys udah mau anterin gue”

“iya Vi sama-sama, Vi, nanti gue pasti bakalan kangen banget sama loe” ucap Shilla sambil menangis dipelukanku.

“gue juga pasti bakalan kangen banget sama sahabat gue yang bawel ini.. hehe.. jangan sedih ya, kan masih ada Cakka ada Alvin juga yang bakalan nemenin lo selama gue ngga ada” ucapku sambil memegang kedua bahu Shilla dan menghapus air matanya.

“Kka.. lo jagain sahabat gue ini, awas lo ya kalo sampe lo macem-macem.. apalagi sampe bikin dia nangis, bisa gue bogem loe.. hhaha” ujarku pada Cakka dan Cakka membalasnya dengan acungan jempol yang menandakan ‘sip’.

“Alvin..sayang.., aku pergi dulu ya,, maaf aku harus ninggalin kamu, demi meraih cita-cita aku, maaf sekali lagi” ucapku hampir menagis.

“ngga apa-apa kok Vi, aku tau ini demi kebaikan kamu dan aku ngga bisa cegah itu” Alvin tersenyum lalu memelukku.

~PESAWAT TUJUAN TOKYO AKAN SEGERA BERANGKAT~

“pesawat gue udah mau berangkat tuh, gue pergi dulu ya.. Vin, Shil, Kka”

“jaga diri lo baik-baik ya vi” ucap Shilla. Aku tersenyum.

“kamu jangan nakal ya sayang disana, jangan ganjen sama cowo-cowo disana” ujar Alvin.

“iya..iya.. tenang aja, aku setia kok, asal kamu juga setia.. byee all” ucapku tersenyum sambil melambaikan tangan sambil tangan yang satunya lagi menarik koperku…

***

8 tahun kemudian……

Aku… aku telah menjadi seorang sarjana, ya.. aku adalah Seorang Dokter, Dokter Sivia.. betapa bangganya aku saat ini. Akhirnya aku dapat menggapai impianku yang dulu sempat tak aku hiraukan keberadaannya. Sekarang saatnya aku pulang ke Indonesia, tanah airku,,, aku rindu sekali.. rindu pada kedua orang tua angkatku, rindu pada Shilla, Alvin dan Cakka.

Setelah beberapa jam aku berada di pesawat, akhirnya aku sampai di tempat tujuan, aku sudah tak sabar ingin bertemu mereka.. mereka, orang-orang yang aku rindukan. Aku melihat sebuah papan nama tetulis namaku ‘SIVIA’ aku menghampirinya, lalu memeluk seseorang yang membawa papan nama tadi, dia Alvin Pangeranku dulu, dan sekarang pun dia masih jadi pangeranku.. dia masih setia menungguku.. ya,, dia memang lelaki yang baik.. selama 8 tahun aku tinggalkan tetap menungguku tak salah aku memilihnya dulu J sekarang dia semakin gagah dan tampan. Ada Shilla juga, Cakka dan pastinya kedua orang tua angkatku. Aku memeluk mereka secara bergantian, mereka bilang aku berbeda, tampak lebih cantik dan dewasa. Aku hanya tersenyum malu medengarnya.

***

Saat ini aku sedang duduk di sebuah bangku di taman di atas bukit, Alvin yang mengajakku kesini.. ntah apa yang ingin dia lakukan.. aku pun tak tau..

“duh.. Alvin mana sih? Perginya kok lama banget” gumam ku sedikit kesal.. tiba-tiba Alvin datang…

“taaaaarrrraaaaaa… ini buat kamu sayang” ucapnya sambil tangannya menujuk ke atas langit. Aku mengikuti arah tangannya, di atas ada kembang api.. menyala.. dan membentuk sebuh tulisan yang dapat aku baca.. ‘I LOVE YOU SIVIA’ aku tertegun dengan apa yang Alvin lakukan padaku.. “makasih sayang.. love you to” ucapku sambil tersenyum. “ini buat kamu Via” ujar Alvin sambil memberikan setangkai bunga mawar padaku, aku tersenyum..

“Vi…..” Alvin kembali berbicara.

“apa?....”

Tiba-tiba Alvin berlutut di hadapanku.. sambil mengenggam erat kedua tanganku, aku bingung.. sebenarnya apa yang ingin Alvin lakukan padaku..

“Via, aku sayang banget sama kamu, kamu udah lama juga jadi pacar aku, lamaa… lamaaa.. banget Vi, sejak SMA” Alvin tersenyum. “Vi, aku mau kita ngga hanya sebatas pacaran, aku maunya.. kita… hm.. via.., will you marry me?” ucap Alvin sembari mengeluarkan kotak kecil berwarna merah berisikan sebuah cincin yang indah kepadaku..

“Alviiiiiinn, kamu serius sama ucapan kamu barusan?” tanyaku pada Alvin.

“yaaa seriuslah Viaku sayang… kapan sih aku pernah bercanda dalam urusan kayak gini.. jadi apa jawabannya?” aku kembali tersenyum memandang Alvin..

“akku…yaa jelaslah aku mau vin.. aku kan sayang banget sama kamu.. sayang bangett” ucapku sambil menangis dalam pelukan Alvin.

***

Beberapa bulan lagi.. tepatnya tanggal 20 bulan 10 tahun 2010, aku akan melangsungkan pernikahanku dengan Alvin, ooh.. betapa senangya aku.. cita-citaku untuk menjadi dokter yang hebat telah terwujud, sebentar lagi aku dan Alvin pun akan melangsungkan pernikahan kita untuk yang pertama da terakhir kalinya.. Shilla dan Cakka telah lebih dulu bertungan. Kedua orang tua angkatku mereka juga bangga kepadaku… aku tersenyum setelah dahulu aku bersusah payah untuk mendapatkan semua ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar