Senin, 08 November 2010

Detik Terakhir

Aku Alyssa Saufika Umari. Umurku 13 tahun. Aku memiliki seorang kekasih bernama Andryos Aryanto. Aku biasa dipanggil Ify sedangkan kekasihku dipanggil Debo. Aku tak tau dapat dari mana nama Ify. Begitu juga Debo. Padahal di nama ga ada bacaan nama Ify. Bahkan Debo pun begitu. Aku kelas 8 dan kekasihku Debo kelas 7. Aku dan Debo berbeda tahun. Aku tahun 1996 dan Debo tahun 1998. Tapi aku tak peduli. Aku tetap cinta Andryos Aryanto. Aku dan Debo bersekolah di SMPN 1 Lengkong.*hahahay*



Hari ini aku bersiap-siap untuk berangkat menuju SMPN 1 Lengkong. Aku menuju kamar mandi dan setelah itu aku memakai baju seragam putih biru. Aku menguncir rambutku dan tak lupa memakai pita berwarna biru dirambutku.

Tiinn.. Tiiinn.. Tiiinn..

Suara klakson motor itu terdengar di depan rumahku. Aku bergegas menuju ruang makan.

" Ma, Pa, Ify duluan ya.. Udah di tunggu.. " kataku mengambil sebuah roti dan meminum sedikit susu.

" Itu cowok diluar pacar kamu? Bukan kan? " tanya mama padaku.

" Iya, itu cowok siapa? Jangan bilang itu pacar kamu.. " kata papa.

" Dia pacar Ify.. Udah setahun.. Kenapa? Ga setuju? Ini kan hak Ify.. " kataku meninggalkan ruang makan.



Aku tak memperdulikan mama dan Papa. Aku tahu bahwa mereka tak pernah menyetujui aku pacaran. Mereka hanya ingin aku pacaran dengan Mario Stevano Aditya Haling. Anak pengusaha terkaya di Bandung. Tapi aku tak menyukainya. Dia itu playboy. Walaupun dia juga bersekolah di SMPN 1 Lengkong. Aku pergi menghampiri Debo di depan.

" Maaf bebh.. Tadi ada masalah di dalam.. Jadi aku lama.. Maaf ya.. " kataku pada Debo.

" Gapapa sayang.. Emangnya ada apa? " tanya Debo padaku.

" Ga ada apa-apa kok.. Tadi Mama sama Papa cuma nanyain tentang bebh.. " kataku.

" Emang nanyain apa? Pasti mereka ga setuju kan aku pacaran sama kamu? Iya kan sayang? " tanya Debo.

" Iya.. Mereka setujunya aku pacaran sama Rio.. " kataku.

" Apa? Rio playboy sekolah itu?*maavRise just story* emang mama sama papa kamu ngapain sih nyuruh pacaran sama Rio? " tanya Debo.

" Bebh kan tau.. Orang tuaku itu matre.. Cuma pengen harta.. Jelaslah.. Rio itu kan anak pengusaha kaya di Bandung.. Tapi tenang.. Ga ada yang bisa gantiin Andryos Aryanto ku tercinta.. :) " kataku pada Debo.

" :) baguslah.. Makin sayang sama kamu.. " kata Debo.

" Hehehe.. Jadi ke sekolah ga? Tar telat tau bebh.. " kataku.

" Iya sayang.. Ayo naik.. " kata Debo.



Iya, Bebh adalah panggilan sayangku pada Debo. Sedangkan Debo hanya memanggilku dengan sebutan sayang. Aku menaiki motor Debo. Debo menghidupkan motornya dan langsung menuju sekolah.



@school.

Debo memarkirkan motornya. Dan langsung mengajakku memasuki sekolah. Debo meninggalkanku di depan kelas 8I. Debo langsung pergi menuju kelas 7D. Aku memasuki kelasku. Rio tampak melirikku. Aku tak memperdulikannya. Aku langsung duduk di bangkuku dan menghampiri sahabatku Sivia. Rio menghampiriku.

" Hey Via.. " sapaku pada Sivia.



Rio memberikan isyarat pada Sivia untuk pergi. Sivia langsung meninggalkanku. Karena tak ada satu orang pun yang berani melawan Rio. Alasannya, karena Papa Rio donatur disekolah ini. Jadi siapapun yang berani ngelawan Rio bakalan di keluarin dari sekolah ini. Tapi Rio tidak melakukan itu padaku. Walau aku tak pernah memperdulikannya.

" Hallo cantik.. " sapa Rio padaku.

" Jangan ganggu aku deh.. Tolong.. " kataku pada Rio.

" Kamu kenapa sih? Kok kayak gini sama aku? " tanya Rio.

" Heh.. Mario Stevano Aditya Haling.. Kamu ga mikir gimana perasaan cewek yang udah kamu mainin.. Pikirin perasaan Shilla, Dea sama Agni.. Kamu ga pernah mikirin perasaan mereka yang kamu mainin.. Dasar playboy.. Jangan ganggu aku.! " kataku pada Rio.

" Eh, bisa ga sih ga usah bawa nama Shilla, Dea sama Agni.. Kalo gue bisa pacaran sama loe.. Udah pasti gue bakal setia dan berhenti jadi playboy.. " kata Rio.

" Whatever.. Itu terserahmu.. Aku ga peduli sama apa pun yang kamu lakuin.. " kataku.

" Uuhh.. Ya udah.. Whatever too! " kata Rio meninggalkanku.



Sivia kembali menghampiriku.

" Fy, si Rio kenapa sih? Kamu ga suka sama Rio? Tapi kalo Rio dapetin kamu.. Rio katanya janji ga akan jadi playboy lagi.. " kata Sivia.

" Udah deh Via.. Ga usah ngebahas Rio.. Kuping gue panas tau.. " kataku pada Sivia.

" Ih, ngambek.. Iya deh Ifyku tersayang.. Cuma Andryos Aryanto kan yang ada dihatimu? " tanya Sivia.



Aku menanggukkan kepalaku. Aku memiliki firasat buruk yang terus mengganggu pikiranku. Aku terus memikirkan firasat buruk terhadap Debo. Aku berharap tak terjadi apa-apa pada Debo. Jam menunjukkan waktu istirahat.

Teeett... Teeett... Teeett...

Bel istirahat itu berbunyi. Aku keluar kelas bersama Sivia dan menuju kelas 7D.



@kelas 7D.

Aku memanggil Cakka. Dia adalah salah satu teman Debo.

" Sst, Cak.. Sini.. " panggilku melambaikan tangan.



Cakka menoleh ke arahku dan langsung menghampiriku.

" Hey kak.. Kenapa? " tanya Cakka padaku.

" Debo kemana? " tanyaku.

" Oh, daritadi jam 8... Debo ijin ke UKS.. Katanya dia lagi sakit.. " kata Cakka.

" Hah? Debo sakit? Dia sakit apa? " tanyaku.

" Udah Fy.. Kita susul Debo ke UKS aja.. " kata Sivia.

" aku ga tau Debo sakit apa.. Yang jelas tadi dia mimisan.. Ga tau aku kak.. " kata Cakka.

" Ya udah.. Makasih Infonya ya Cakka.. " kataku.

" Sama-sama kak.. " kata Cakka kembali ke tempat duduknya.



Aku langsung menuju UKS. Aku sangat mengkhawatirkan keadaan Debo saat ini. Aku bergegas menuju UKS.



@UKS

aku membuka pintu UKS. Tampak Debo tertidur pulas diatas kasur UKS. Aku menghampirinya. Air mataku seakan menetes membasahi pipiku. Sivia mencoba menenangkanku. Debo terbangun dan tersenyum ke arahku dengan wajah yang nampak pucat. Aku menahan air mataku yang mulai menetes membasahi pipi. Aku tak sanggup menangis di depan Debo.

" Usap air matamu.. Dekap erat tubuhku.. Tatap aku.. Sepuas hatimu.. " kata Debo padaku.

" Maksud kamu apa bebh? " tanyaku pada Debo.

" Nikmati detik demi detik yang mungkin kita tak bisa rasakan lagi.. Hirup aroma tubuhku yang mungkin tak bisa lagi tenangkan gundahmu.. Gundahmu.. " kata Debo lagi.

" Bebh.. Jangan ngomong gitu dong.. " kataku meneteskan air mata.

" Sayang, andaikan kalo aku pergi saat ini.. Aku ingin nemenin kamu di detik-detik terakhirku bersama kamu.. Kamu jangan nangis.. Kamu bisa nikmatin detik terakhir bersamaku.. " kata Debo.

" Deb, kamu ngomong apa sih? Jangan tinggalin aku.. Aku sayang sama kamu.. " kataku.

" Aku juga sayang sama kamu.. Aku juga ga mau ini terjadi terhadapku.. Karena tak mudah bagiku untuk mendapatkan cinta tulus darimu.. Aku ingin selalu bersamamu.. Tapi aku ga kuat Fy.. " kata Debo.

" Deb, emang kamu sakit apa? " tanya Sivia.

" Iya bebh.. Kamu sakit apa? Tolong jangan tinggalin aku.. Aku ga sanggup hidup tanpa dirimu disisiku.. " kataku.



Aku memeluk erat Debo. Sivia ikut meneteskan air matanya karena melihatku dengan Debo. Aku menangis di pelukan Debo. Aku tak ingin kehilangan Debo. Kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupku. Bagiku Debo adalah penyemangat hidup dan pencerah hari-hariku. Tanpa Debo disisiku. Membuatku tak semangat hidup. Debo menghapus air mataku dan mencium keningku.

" Maafin aku ya Fy.. Selama ini sembunyiin penyakitku dari kamu.. Maafin aku.. Aku menderita penyakit kanker darah.. Dan umurku udah ga lama lagi.. " kata Debo.

" Kamu ga boleh ngomong gitu.. Kamu masih bisa sembuh.. Aku yakin.. " kataku.

" Mustahil buat sembuh.. " kata Debo.

" Mana Debo yang dulu aku kenal? Mana? Debo yang dulu itu selalu ceria dan ga pernah putus asa kayak gini.. Jangan buat aku kecewa.. " kataku.



Debo tersenyum ke arahku. Aku harap itu bukan senyuman terakhirnya untukku. Aku tak ingin kehilangan Debo. Kondisi Debo semakin parah. Aku membawa Debo ke rumah sakit bersama Sivia.



@RS

Debo langsung dibawa ke UGD. Aku menemaninya.

" Nyanyikan lagu indah..Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali..Nyanyikan lagu indah..Tuk melepas ku pergi dan tak kembali.. " kata Debo menyanyikan lagu untukku.

" Tapi ku tak bisa.. Jauh.. Jauh darimu.. Ku tak bisa.. Jauh darimu.. " kataku.

" Makasi Fy.. Makasi karena kamu selama ini udah bahagiain aku.. Makasi karena kamu udah jadi pacarku selama ini.. Aku ga akan pernah lupain kamu.. Sampai kapanpun.. Selamanya.. " kata Debo.



Debo menutup matanya. Aku menangis dan langsung menutup mataku.*ceritanya ikut Debo* Sivia menghampiriku.

" Fy, Ify.. Bangun Fy.. Suster.. Dokter.. " panggil Sivia.



Dokter dan Suster langsung memasuki ruangan itu. Dokter itu geleng-geleng kepala.

" Maaf dik.. Kedua anak ini sudah pergi.. " kata Dokter itu pada Sivia.

" Enggak.. Ga mungkin.. Ify.. Kenapa loe ninggalin gue.. Kenapa loe harus nyusul Debo? Kenapa? Tuhan, aku ga sanggup bila harus kehilangan Ify.. " kata Sivia menangis.

" Sudah dik.. Jangan nangis.. Relain kepergian mereka.. " kata suster pada Sivia.



Di pemakaman--

Sivia menangis tak henti-henti melihat kepergianku bersama Debo. Aku merasa sedih. Tapi aku harus lakuin apapun demi Debo. Bahkan aku rela mati untuk dia. Sivia menaburkan bunga diatas nisan bertuliskan Alyssa Saufika Umari beserta nisan Andryos Aryanto. Aku hanya bisa menyaksikan dari atas sini. Bersama Debo.



The END..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar