Jumat, 05 November 2010

Menunggu Cinta Sejati

Aku berjalan lunglai menuju ruang pertemuan. Terlihat seorang ibu panti asuhan sedang berhadapan dengan seorang laki-laki. Ibu itu pun menoleh ke arahku dan memanggilku. “cakka… sini…”, kata ibu itu, aku sebut saja ibu Ira. Aku segera mendekatinya. “ini pak.. dia ini anak yang penurut, dan juga pintar…”, kata Ibu Ira. Dan aku tahu maksud ibu, pasti laki-laki ini akan membawaku seperti teman-temanku yang lain. Aku pun mencium tangan laki-laki tersebut. Laki-laki itu memandangku sambil tersenyum. “ya sudah bu… saya akan menyelesaikan surat-surat terlebih dahulu, nanti sore saya akan membawanya…”, kata laki-laki itu. Sudah ku duga! “baik pa… cakka, silahkan kamu kembali ke ruang tengah… untuk terakhir kalinya kamu di sini, jadi bersenang-senanglah dengan yang lain….nanti biar ibu yang urus barang-barang mu….”, kata Ibu sambil tersenyum. Aku pun membalas senyuman itu. “baik bu….”,kata ku dan berbalik menuju ruang tengah. Sesampainya di ruang tengah, seseorang menghampiriku. “cakka, kamu habis kemana??”, tanya seseorang itu yang tak lain adalah teman dekatku di sini. “mmm…habis ke ruang pertemuan…”, jawabku lesu. Dan raut wajahnya berubah menjadi sedih. Semua orang tahu bahwa jika ada yang dipanggil ke ruang pertemuan akan dibawa oleh seseorang. “jangan sedih syad… aku tidak akan melupakanmu…lebih baik kita bersenang-senang saja… mumpung aku belum pergi….”, kata ku sambil tersenyum ke arahnya. Irsyad membalas senyumanku. “ya sudah… kita main apa yah enaknya…?”, kata obiet sambil berpikir. “bagaimana kalo main petak umpet sama yang lain? Seperti biasa kita melakukannya setiap minggu….”, usul ku. Setiap minggu, anak-anak panti asuhan selalu bermain petak umpet. Baik yang sudah besar, maupun yang masih kecil. Kami bebas di hari minggu. “iya deh…”, kata Irsyad.” Teman-teman….kita main petak umpet yuk??? Hari ini adalah hari terakhir cakka di sini…”, teriak Irsyad. Semua terkejut mendengarnya. Sedangkan aku hanya menunduk. “cak? Apa benar kamu akan dibawa??”, tanya seseorang yang paling tua diantara yang lain, dia adalah kak Dayat. Aku hanya mengangguk. Yang lain sepertinya kecewa dengan informasi kepergianku. “hmmh.. ya sudah deh… semoga saja, kamu betah dengan orang yang akan membawamu…ayo kita main!!!”, seru kak dayat. Lalu kami pun mulai bermain. “yah aku yang jaga deh…….”, kata osa yang mendapat giliran menjaga.”cepetan yah… aku hitung sampai 10.. 1……2……3……4……5……6……7……8………9………………10………”, kata osa mulai menghitung. Aku segera mengumpet di kolong meja. Dia berbalik dan mulai mencari. Satu persatu ditemukannya. Sampai detik terakhir, ia belum melihatku. Dan akhirnya, ketemu juga….. “kak cakka….di kolong meja tuh…”, kata Osa sambil menunjukku. Aku pun keluar dari kolong meja dengan wajah lesu. Dan tak terasa hari sudah semakin sore. Aku pun bergegas mandi. Setelah selesai mandi, tak lupa aku salat Ashar terlebih dahulu. Dan segera bersia-siap untuk pergi ke sebuah rumah yang baru. Sebelum aku keluar dari kamarku, Irsyad, Ozy, dan Debo menghampiriku. Aku, dan mereka satu kamar. “ka… jangan lupain kita yah… “, kata Debo. “iya.. aku nggak akan lupain kalian kok…”, kata ku. Tiba-tiba ada yang memanggilku. “cakka…”, teriak orang dari luar yang sepertinya suara ibu. Aku pun keluar dari kamar. “iya bu,,,” “kamu sudah siap??”, tanya ibu. “sudah…”, jawabku. “ya sudah… sekarang kamu ikut ibu, ohya, dan kalian bertiga juga ikut ibu, semuanya sudah berkumpul di ruang tengah…”, kata ibu. Kami berempat pun berjlan menuju ruang tengah. Sesampai di ruang tengah, kudapati semua orang sudah berkumpul. Yah, aku sudah tahu ini mau apa. Aku akan bersalaman dengan semua penghuni Panti Asuhan ini. Semua tersenyum kepadaku walaupun denganraut wajah yang sedih. Aku membalas senyum mereka. Aku dan Ibu berdiri dihadapan semuanya bersama laki-laki yang tadi pagi ku temui. Sepertinya dia akan menjadi ayah tiriku. “semuanya.. tolong tenang… sore ini, cakka akan diangkat sebagai anak dari bapak Niko… dan ibu harap kalian tidak usah pergi dengan kepergian cakka….”, kata ibu. Tak lama kemudian, aku segera menyalami satu persatu penghuni Panti Asuhan itu. Setelah itu, aku mulai menaiki mobil milik pak niko. Sebelumnya aku sudah berpamitan pada ibu Ira dan juga penjaga Panti Asuhan itu. Perlahan, mobilnya berjalan. Jujur, aku belum sanggup meninggalkan teman-temanku yang sudah 12 tahun bersama denganku sejak aku lahir. Aku dibesarkan di Panti Asuhan karena Ayah dan ibuku meninggal karena kecelakaan pada saat akan membawaku pulang ke rumah setelah aku lahir. Aku masih hidup dan tidak ada saudara ku yang ada di sini, jadi terpaksa aku dibesarkan di Panti Asuhan. Aku menoleh ke belakang. Aku memandang papan yang bertuliskan “Panti Asuhan Hidayah”. Dan perlahan, papan itu sudah tidak kelihatan lagi. Aku kembali mengarahkan pandanganku ke depan. Tiba-tiba, pak niko bertanya padaku. “kamu masih belum siap?” “eh, mmm…”, kata ku kaget lalu mengangguk. “hmmh… ya sudah… bapak mengerti… oh ya, mulai sekarang, kamu panggil bapak, papa….”, kata Pak Niko. “baik pa…”, kata ku sedikit ragu-ragu. Tak lama kemudian, kami pun sampai di sebuah rumah yang sangat mewah. Aku terkejut. Apa iya ini rumah baruku?? “nah.. sekarang kita turun yah… “, kata Pak Niko, eh, salah, Papa. Lalu kami turun dari mobil. Papa membawaku kedalam rumah. Saat memasuki rumah, aku melihat ke segala penjuru. Benar-benar rumah yang indah…!! Tapi tiba-tiba ada seseorang perempuanmemakai jilbab yang menghampiri ku dan papa. “pa… ini yah adik angkatku?”, tanya nya pada papa. “iya sayang…”, kata papa. Lalu perempuan itu mengulurkan tangannya dan tersenyum padaku. “hai… aku Rahmi, aku adalah kakak tirimu sekarang…”, ujarnya ramah. Aku pun menjabat tangannya sambil tersenyum. Sepertinya dia adalah perempuan yang baik. Dari parasnya saja sudah kelihatan dia baik. “aku cakka kak….”, katak ku malu-malu. Aku memang pemalu dan juga termasuk orang yang pendiam. “tenang saja.. aku tidak akan menyakitimu… bahkan aku sangat senang aku bisa mempunyai adik… yah walaupun bukan adik kandung…”, katanya ramah. Lalu papa mengajakku ke kamar baruku. Dan…. Waw! Ini kamar yang sangat bagus!! “wah.. kamarnya bagus sekali pa…”, kataku sambil menghambur ke dalam kamar dan melihat sekelilingku. “kamu suka ka?”, tanya papa. “suka banget pa….”, kata ku. Aku sudah tidak canggung lagi memanggilnya papa karena aku memang belum pernah memanggil siapapun dengan sebutan papa. “ya sudah… kamu senang-senang dulu di sini yah… sama kak Rahmi.. papa masih ada urusan sebentar…”, kata papa lalu meninggalkan aku dengan kak Rahmi. Kak Rahmi mendekatiku. “dek… umurmu berapa?”, tanya kak rahmi. “umurku sekarang… 12 tahun…”, kata ku. “oh.. kita selisih 2 tahun…kamu sekolah dimana?”, tanyanya lagi. “di SMP Tunas Bangsa…”, jawabku. “besok kamu akan pindah sekolah….”, katanya yang membuatku kaget. “hah?? kok bisa?” “iya,,, kamu pasti akan disekolahkan di sekolah yang sama seperti aku, di SMP Al Irsyad….”, kata kak Rahmi. “sekolah itu dimana kak?”, tanya ku. “lumayan jauh dari sini, tapi, tenang, kan kita pake mobil… oh ya, sekolah itu SMP yang paling bagus di sini….”, jelas kak Rahmi. “oh…”, kata ku. Sejenak aku berpikir. Aku benar-benar akan meninggalkan teman-temanku. Aku sedih sekali. “kenapa cak?”, tanya kak Rahmi. “eh, engga papa kok kak…”, kata ku. ………………………….. Semakin hari, aku semakin betah di rumah baruku. Hingga tak terasa sudah 2 tahun aku menjadi anak angkat Pak Niko. Tapi suatu ketika, aku benar-benar harus mematuhi peraturan di rumah itu yang membuatku merasa keberatan. “ka? Siapa perempuan yang tadi kau bawa masuk?”, tanya kak Rahmi tajam pada ku saat aku baru saja menerima tamu. “teman kak….”, jawabku singkat. “mau ngapain?”, tanyanya lagi. Aku bingung, ada apa? “mmm… Cuma mau main kak…memangnya tidak boleh?”, aku berbalik bertanya. “hmmh.. boleh-boleh saja, tapi lain kali, kalau kamu menerima tamu, jangan berdua seperti itu, nanti ada setan…”, kata kak Rahmi yang membuatku bingung. “maksud kakak?” “jadi kamu nggak tahu? Berduaan sama perempuan itu tidak boleh,,, harus 3 orang… jadi kalau kamu ajak teman perempuan atau menerima tamu perempuan, harus bilang sama kak Rahmi untuk menemani….”, kata Kak Rahmi. “oh… begitu yah kak…”, kata ku. “iya,,, dan perlu kamu ingat, kamu tidak boleh pacaran…”, kata kak Rahmi tajam. “hah? kenapa?”, tanya ku. “pacaran itu tidak ada dalam islam… kamu islam kan?”, kata kak Rahmi. “iya…”, kata ku spontan. “kalo kamu pacaran, kamu pasti akan dimarahi papa…”, kata kak Rahmi lalu pergi ke kamarnya. Aku masih bingung dengan apa yang dikatakan kak Rahmi. Kenapa? Kenapa aku tidak boleh pacaran?? Aku pun masuk ke dalam kamarku. Aku masih memikirkannya. ……………………………. Keesokkan harinya……………… @SMP Al Irsyad Aku memasuki kelas ku dengan lesu, yaitu kelas 9C. Aku segera duduk disamping Ray, sahabat baru ku. “kamu kenapa ka?”, tanya Ray setelah aku duduk disampingnya. “nggak papa…”, kata ku lesu. “eh, cewek kamu tuh ka…”, kata Ray sambil menyenggol tanganku. “hah?”, aku kaget. Lalu 4 cewek menghampiriku. “hai ka… nanti siang, aku main ke rumahmu lagi yah….”, kata salah seorang cewek sambil tersenyum manis padaku. “eh, mmm… nggak tahu yah shil… soalnya, kemarin saja aku diintrogasi sama kakak ku….”, kata ku. “maksud kamu?”, shilla tidak mengerti maksudku. “iya, kalo aku menerima tamu cewek, harus ada orang yang menengahi, dan kakak ku bilang, dia akan menemani ku…”, kata ku. Sedangkan Shilla dan teman-temannya hanya tertawa. Tapi ada salah satu diantaranya yang hanya diam. “kakak mu itu aneh banget sih?”, kata Shilla setelah berhenti tertawa. “nggak tahu… kakakku juga melarang ku untuk pacaran…”, kata ku. Shilla terkejut. “hah? kenapa? Terus hubungan kita gimana ka?”, tanya nya. “hubungan kita?? Maksud kamu apa?”, aku tidak mengerti. “kamu kan pacar aku ka…”, kata Shilla. Wajah ku memerah. Tapi, aku memang benar menyukai Shilla. “yaelah ka… mukamu kenapa jadi kayak kepiting rebus sih?”, kata Ray bermaksud meledek ku. “hah? engga kok…”, kata ku mengelak. Dan tiba-tiba aku terpaku pada teman Shilla yang dari tadi hanya diam. Dia kelihatan sangat sedih. Kenapa dia? “Oik… kamu kenapa? Kok dari tadi diam aja sih?”, tanyaku padanya. “engga papa kok..”, jawabnya sambil menunduk. Seakan-akan dia tak berani menatapku. “teet…teet….”, tiba-tiba bel masuk berbunyi. Semuanya menghambur ke tempat duduk masing-masing. ………………… Istirahat…………. Saat istirahat, Shilla langsun menyeretku ke sebuah taman. Lalu aku dan shilla duduk di bawah pohon yang rindang. Tiba-tiba dia bertanya kepadaku. “ka.. kamu suka aku nggak??”, “mmm…iya…”, kata ku ragu-ragu. Lalu dia tersenyum. “kalo kamu shil?”, tanya ku. “iya…”, kata Shilla. Lalu shilla menatapku. Aku pun berbalik menatapnya. Lama-lama dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku tak bisa mengelak. Dia semakin dekat dan semakin dekat. Aku dan dia menutup mata bersamaan. Tapi tiba-tiba…. “Cakka??? Sedang apa kamu di sini???”, ucap seseorang yang mengagetkanku. Dan,….oh my god!!! Kak Rahmi!!! Pasti aku akan dimarahi habis-habisan!! Eh, tunggu, kenapa kak Rahmi bisa ada di sini?? Oh ya, SMA Al Irsyad sama SMP Al Irsyad kan digabung!! Haduh… mampus!! “cakka!!! Cepat kemari!!”, kata kak Rahmi. Aku pun mendekatinya dengan waajah penuh dosa. “sedang apa kamu di sini berduaan?? Tadi kamu mau ngapain?? Mau kissing???”, kata kak Rahmi dengan nada marah. Aku hanya tertunduk lesu. “hmmh… maafin cakka kak…”, kataku memohon. “nggak.. kakak nggak akan maafin kamu, sebelum kamu berjanji tidak akan berduaan lagi dengan perempuan…!!”, ujarnya tegas. Sedangkan Shilla masih duduk di bawah pohon rindang sambil menatapku dan kak Rahmi dengan rasa sesal. “tapi kak…”, kataku mencoba mengelak. “tidak ada tapi-tapian! Coba aja kalo tadi papa melihat kamu!! Kamu pasti akan diusir dari rumah!! Jadi kalo kamu tetap tidak mau menurut sama kakak, kakak akan bilang ke papa!!”, ancam kak Rahmi. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku, kak Rahmi dan Shilla pun segera kembali ke kelas karena bel sudah berbunyi. ………………………………………….. Pulang sekolah………. Aku, shilla, Ray, dan Oik belum keluar dari kelas. Shilla meminta ku untuk berbicara. “ka? jadi gimana? Kamu masih mau jadi pacar aku??”, tanya shilla. “mmm… nggak tahu shil… kakak ku nggak ngizinin aku buat duaan, apalagi pacaran…”, kataku lesu. “jadi, kamu milih siapa?? Kakak kamu atau aku??? Kalau kamu milih kakak kamu, jangan harap aku bakal kenal lagi sama kamu!”, seru Shilla lalu langsung pergi bersama Oik. Aku hanya tertunduk lesu. “sudahlah ka… lagian kan emang bener kata kakak kamu kok…”, kata Ray mencoba menghibur. “tapi… aku …suka sama shilla, ray,,”, kata ku. “mmm… ka, kalo kata aku, kamu nggak pantes buat shilla… kamu nggak tahu kelakuannya yang sebenarnya… dia selalu bersikap manis sama kamu.. tapi lihat aja kalo nggak ada kamu… dia nggak karuan….”, kata Ray yang membuatku bingung. “maksud kamu?” “dia itu, nggak tulus suka sama kamu… nanti kamu malah sakit hati…”, kata Ray lalu pergi meninggalkan ku. Aku berpikir sejenak. Apa iya dia nggak tulus suka sama aku?? Ah, pusing… lebih baik aku pulang…. …………………………….. Ketika sampai di rumah, aku disambut papa dan juga kak Rahmi. “cakka…habis darimana?? Kok pulangnya lama?”, tanya papa. Aku melihat papa dengan rasa takut. Jangan-jangan kak Rahmi sudah mengadu pada papa. Aku takut kena marah papa karena aku sama sekali tidak tahu papa marah seperti apa. Karena selama ini aku tidak pernah dimarahi papa. “iya pa… tadi habis ke…”, kata ku terpotong. “rumah temen dulu.. iya kan ka?”, kata kak Rahmi memotong pembicaraanku. Aneh, kenapa kak Rahmi malah membantuku??? “iya pa… tadi habis pinjam catetan teman, soalnya catetan cakka nggak lengkap pa…”, kata ku meberi alasan. “oh.. kamu berangkat naik motor??”, tanya papa. Papa nggak tahu kalo tadi pagi aku menaiki motor, karena papa sudah berangkat pagi-pagi. “iya pa….”, kata ku. “ya sudah… cepat salat dhuhur yah… setelah itu makan siang…”, tegur papa. “iya pa…”, kata ku lalu segera menaiki anak tangga dan menuju ke kamarku. …………………………….. Malamnya…………………… Ketika aku sedang terbaring memikirkan sesuatu, tiba-tiba seseorang menyelonong masuk ke kamarku. “hai dek….”, kata seseorang itu yang tak lain adalah kak Rahmi. “eh.. kak Rahmi… ada apa??” “mmm… Cuma mau tanya, kamu ada hubungan apa sama perempuan tadi?”, tanya kak Rahmi. “nggak ada hubungan apa-apa kok kak….”, kata ku. “kamu nggak usah bohong ka… kakak tahu kok….”, kata kak Rahmi. “tapi……” “hmmh… dek, dengerin kakak yah…. Kakak itu sayang sama kamu… kakak nggak mau kamu terjerumus… apalagi tadi siang kakak sempet ngelihat kamu waktu mau kissing… kakak nggak mau kamu itu jadi laki-laki yang nggak bener… “, kata kak Rahmi lembut. Aku hanya cengo mendengar kak Rahmi berbicara begitu lembut. “tapi kak… aku…” “kamu suka sama perempuan tadi?”, tanya kak Rahmi memotong pembicaraanku. Aku mengangguk. “hmmh.. kalo kamu suka sama seseorang itu bukan berarti kamu harus pacaran ka… tapi, itu adalah cobaan untuk kita bagaimana kita harus menjaga rasa itu sebaik mungkin…”, kata kak Rahmi. Hatiku entah mengapa jadi aneh. “mmh.. ya sudah.. kakak kembali ke kamar….”, kata kak Rahmi lalu pergi meninggalkanku. Aku merasa sudah mengantuk, akhirnya aku memutuskan untuk tidur. …………………………………… Semakin hari, aku semakin mengerti kelakuan Shilla. Ternyata benar apa kata Ray. Dia nggak yang seperti aku bayangkan. Dan lama-lama rasa suka ku terhadapnya semakin pudar. Terlebih dia sering mengejekku dengan berkata,”cupu..” …………………………………….

Ketika pulang sekolah, aku ingin mengunjungi perpus sekolah. Kebetulan perpus itu di buka 24 jam. Aku pun mulai mencari buku yang aku cari. Tiba-tiba…. “brukk….”, suara beberapa buku terjatuh. aduh! Aku bertabrakan dengan seseorang! “eh, maaf….”, kata ku lalu langsung membantunya mengambil buku-buku yang ia bawa. “kamu ngapain di sini ik?”, tanya ku setelah mengetahui bahwa yang ku tabrak adalah Oik. Tapi dia hanya diam. Tiba-tiba aku dan Oik memegang buku yang sama secara bersamaan. “eh,,”, spontan aku kaget lalu aku menatapnya, dia hanya menatapku sekilas sambil tersenyum. Dia menunduk lagi lalu segera mengambil buku-bukunya dan pergi. Senyum itu masih membekas. Dia cewek yang aneh. Setiap aku memandangnya, dia selalu menunduk. Tapi, jujur aku penasaran dengan cewek itu. Kebetulan dari kelas 7 sampai sekarang, aku selalu satu kelas dengannya. Tapi, aku tidak merasa bosan. Bahkan aku merasa senang. Setiap hari aku bisa melihatnya tersenyum. Senyumnya begitu manis yang memikat setiap hati para cowok, termasuk aku. Aku kembali ke tujuanku. Yaitu mencari buku yang menarik. Fiksi tentunya. Dan tiba-tiba aku tertarik pada sebuah judul buku “Pacaran yang Islami Adakah?”. Aku pun mengambil buku itu dan membolak-balik halaman demi halaman. Hm.. sepertinya bagus! Buat menambah wawasan tentang islam. Setelah mengambil buku itu, aku segera registrasi peminjaman. Kemudian aku pergi ke tempat parker untuk mengambil motor. Lalu aku segera melesat ke rumah.

………………………………

Skip>>>> Malamnya……………….. Daripada aku bengong tidak ada kerjaan, aku membaca buku yang tadi siang aku pinjam. Perlahan-lahan ku baca halaman demi halaman. Isinya sungguh menarik. Sampai tak terasa sudah larut malam. Aku belajar banyak dari buku itu. Tentang dalil-dalil larangan pacaran dan lain-lain. aku sudah membaca semuanya. Dan aku merasa lega karena aku tidak jadi mengikuti hawa nafsuku. Aku bersyukur karena aku mempunyai kakak yang baik seperti kak Rahmi. Walaupun dia bukan kakak kandungku, tapi aku sangat menyayanginya. ………………………………….


3 tahun kemudian>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Hari ini hari pertama masuk kelas setelah libur kenaikan kelas XII. Saat aku masuk ke kelas ku, yaitu kelas XII Ipa 3, aku melihat seorang gadis yang sudah sangat aku kenal. Dia adalah seorang yang selama ini aku idamkan. Dia….. Oik…. “hai ka…”, sapa seseorang padaku. Aku pun menoleh ke arahnya. “eh, ray, kita satu kelas lagi?”, tanya ku. “iya, seneng kan kamu satu kelas sama aku lagi?? Haha…”, kata Ray yang sudah mulai narsis. “yee… enggak yah… eh, tapi kamu duduk sama siapa?”, tanya ku. “nggak tahu… sama kamu deh ka….”, kata Ray asal. “yee… maunyah!! Tapi… nggak papa deh… aku juga belum dapet teman sebangku. Kamu duduk dimana ray?”, tanya ku. “di pojok situ…”, kata Ray sambil menunjuk sebuah bangku, lalu melengos pergi. Dan yah… bangku itu tepat berada di belakang Oik. Aku pun menuju bangku itu sambil menatap Oik. Dan tiba-tiba dia melirikku. Wajahku memerah. Aku segera mengalihkan pandanganku. Dan terus berjalan menuju bangku ku. Lalu aku duduk di bangku ku dengan wajah yang masih memerah. “teet…teeet …”, bel masuk berbunyi. Semua berhamburan menuju tempat duduk masing-masing.

…………………………………. Semakin hari, aku semakin betah berada di kelas itu. Apalagi dengan adanya Oik di kelas itu. Aku jadi semangat belajar. Tapi, aku tak pernah berpikir untuk menembak Oik. Pasti aku akan kena marah kak Rahmi lagi. Tapi, aku ingin mengungkapkan perasaanku ini kepada Oik suatu saat nanti.

Akhirnya saat-saat yang ditunggu tiba. Hari ini aku sudah membulatkan tekad untuk mengungkapkan perasaanku pada Oik. Aku meminta Sivia, teman baik Oik untuk mengajak Oik ke taman. Dan aku? Aku menunggu di taman pada sore itu bersama Ray. Tak lama, Oik dan Sivia datang. Sivia dan Ray sudah tahu maksud ku mengundang mereka ke taman. Sedangkan Oik? Dia belum tahu apa tujuanku mengundangnya ke taman. Setelah lama kami berbincang, akhirnya aku memulai pembicaraan. Sedangkan Sivia dan Ray sedikit menjauh dari ku dan Oik. Tapi, tidak terlalu jauh. “ik…”, kataku malu-malu. “ada apa ka?”, tanya Oik. “aku… aku…. Cinta sama kamu….”, tanpa basa-basi aku langsung to the point. “hah? apa aku tidak salah dengar?”, kaget Oik. Sedangkan aku hanya tersipu malu. Wajah ku memerah. “tidak ik……apa kamu juga cinta sama aku?”, tanya ku. “mmm… aku…aku….juga cinta sama kamu… tapi… maaf..”, kata Oik dan wajahnya mulai memerah. “maaf kenapa? Aku tidak akan memaksamu untuk jadi pacarku kok… bahkan aku tidak ingin berpacaran dengan kamu ik….aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku saja….”, kata ku agar membuatnya menjadi lebih tenang. Lalu dia melemparkan senyum kepadaku. Manis… bahkan senyum termanis yang pernah ku lihat. “makasih ka…”, kata Oik. “iya… sama-sama…”, kata ku enteng. Masih terlihat jelas wajah ku dan wajah Oik memerah. “mmm…. Oh iya, aku hanya ingin menawarkan… apa kamu mau jadi pendamping hidupku ik??”, tanya ku malu-malu. “hah? mmm… kalo kamu masih setia menunggu ku sampai waktunya… aku mau jadi pendamping hidupmu….”, kata Oik yang membuat ku tersenyum bahagia. Dia juga ikut tersenyum. Hatiku terasa melayang di udara. Sungguh damai hatiku saat ini. Berbeda dengan sebelumnya. Aku sangat cemas kalo aku mengungkapkan perasaanku, Oik akan marah padaku, tetapi ternyata aku salah besar. Ternyata Oik juga cinta sama aku.

Aku…. Akan setia menunggu… Menunggu dirimu…. Sampai kau mau…. Jadi pendamping hidupku….

Hanya kau yang ada di dalam hatiku…. Aku berjanji akan slalu setia menunggumu……… Menunggu dirimu…. Menunggu cinta sejati ku………………

Oik Cahya Ramadlani…………………….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar